![]() |
Gajah Mada
(id.wikipedia.org)
Penulis: Putu Gede Asnawa Dikta Mahasiswa Semester 2 Jurusan Pendidikan Fisika UNDIKSHA |
Kewibawaan
seorang pemimpin hendaknya selalu dipertahankan. Hal penting yang perlu
diperhatikan adalah selalu menerapkan konsep satya wacana (setia terhadap apa yang dikatakan). Sesungguhnya, dengan bersatya wacana kita sedang membangun
integritas (kepercayaan) pada diri sendiri. Sikap yang telah berhasil diterapkan
dalam diri akan lebih mudah ditularkan kepada orang lain.
Integritas
diri yang kuat secara alamiah berpengaruh pada atmosfer masyarakat yang dipimpin. Keadaan ini bersifat sebagai
suatu kesebandingan. Apa yang dikatakan oleh seorang pemimpin bukan mengada-ada
melainkan merupakan realita yang ada. Perlahan-lahan, akan tercipta kepercayaan
oleh seluruh masyarakat.
Kepercayaan
yang telah diberikan hanyalah besifat sementara. Mengapa demikian? Sosok
pemimpin hendaknya menunjukkan komitmen secara berkelanjutan. Penerapannya
dilandasi atas satya wacana yang merupakan
media pengembangan integritas diri seorang pemimpin. Penerapan satya wacana, maembentuk masyarakat yang
percaya. Akan tetapi, jika integritas tersebut hilang akibat tidak bersatya wacana maka kepercayaan
masyarakat akan memudar. Sulitlah untuk membenahi situasi tersebut.
Aspek
nyata dari konsep satya wacana adalah perkataan. Perkataan (wacika) yang baik bermula dari pikiran (manacika) yang baik pula. Hubungan
tersebut akan menghasilkan tindakan yang berlandaskan dharma.
Dharma
berperan sebagai penuntun penciptaan situasi dan hasil yang positif. Hal ini
mencerminkan pemimpin yang berkarakter kedewataan yang dapat menerangi seluruh
lapisan masyarakat. Pernyataan tersebut sesuai dengan Candra Brata, bermakna memberikan solusi terhadap suatu
permasalahan. Indra Brata, adanya perlindungan
yang merata. Serta Surya Brata,
tercermin dengan adanya suatu aturan yang tidak memberatkan masyarakat.
Konsep-konsep tersebut memiliki tujuan yang mulia, yaitu memberikan kenyamanan
dalam pencapaian kesejahteraan.
Satya wacana berdampingan dengan
kejujuran. Sederhananya, pemimpin yang jujur mampu memberikan keadilan (Yama Brata). Tepatnya, mampu menempatkan
wrong man in the wrong place, and right
man in the right place, bukan sebaliknya. Seorang pemimpin hendaknya mampu
memberikan perhatian terhadap seluruh lapisan masyarakat layaknya angin yang
menempati seluruh ruang (Bayu Brata).
Terkait dengan hal tersebut, sosok pemimpin harus mampu menyesuaikan penampilan
terhadap situasi yang dihadapi. Fleksibel dan situasional membuat pemimpin
tidak terkesan kaku sehingga mampu mengakrabkan diri dengan lingkungan (Kuwera Brata).
Pengetahuan
yang luas (Baruna Brata) yang dimiliki hendaknya dikendalikan oleh moral
yang baik, yaitu kejujuran berlandaskan dharma. Berbagai akal diterapkan oleh pemimpin
untuk dapat menggerakkan masyarakat yang dipimpinnya. Motivasi pembangun
semangat (Agni Brata) diberikan
secara kontinuitas. Hal ini mencerminkan pemimpin tersebut memiliki tekad yang
kuat untuk menjalankan visi dan misinya ke depan.
Setiap
insan manusia merupakan sosok pemimpin. Pemimpin yang bertugas memimpin dirinya
sendiri guna menemukan jati diri. Satya
wacana, suatu hal yang sederhana namun memberikan makna yang luar biasa.
(^^pg) [April 2012].

Tidak ada komentar:
Posting Komentar