![]() |
| Penulis: Putu Gede Asnawa Dikta Mahasiswa Semester 2 Jurusan Pendidikan Fisika UNDIKSHA |
Kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari proses alam (sains). Salah satu contohnya adalah kelembaman. Hukum I Newton menjelaskan mengenai hukum kelembaman (inersia) yang tidak hanya berlaku pada gerak objek jasmaniah, tetapi juga pada ranah sosial rohaniah.
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita patut melaksanakan hal yang serupa. Kecendrungan
untuk berpikir positif ditujukan untuk hasil yang positif. Sesungguhnya,
manusia merupakan buah pikiran dari pikirannya sendiri. Ini merupakan konsep
yang sangat sederhana, namun masih langka penerapan realistiknya. Buktinya,
banyak orang yang putus asa akibat kegagalannya.
Kegagalan
merupakan tanjakan kecil yang harus kita lalui, hendaknya memacu kita untuk
merefleksi dan memotivasi diri untuk hasil yang lebih baik. Namun, orang yang
memiliki kecerdasan emosional rendah menganggap kegagalan sebagai keputusasaan.
Akibatnya, cendrung merasa diri semakin kecil. Hal ini merupakan beban special terhadap pikiran. Solusi
alternatifnya adalah besarkan hati, mantapkan tekad, dan lakukan perbaikan (action).
Keputusasaan
dapat terjadi pada siapapun, baik golongan intelektual menengah ke atas maupun intelektual
menengah ke bawah. Hal ini bergantung pada tingkat kecerdasan emosi yang
dimilikinya. Pikiran memegang peran yang esensial dalam mengkoordinir hal
tersebut.
Gelombang
pikiran akan berinterferensi dengan gelombang lainya yang memiliki frekuensi
yang sama. Pikiran yang telah bertemu pada vibrasi yang selaras dapat
menggetarkan pikiran orang lain. Dengan kata lain, dapat tersalurnya rasa
simpati dan empati.
Adanya
pengembangan rasa simpati dan empati sesungguhnya melatih kecerdasan emosional.
Sesuai dengan konsep Tattwamasi,
berusaha merasakan apa yang orang lain rasakan. Secara tidak langsung, kita
telah belajar memposisikan diri pada posisi orang lain.
Tatwamasi akan berimplikasi pada Tri Kaya Parisudha. Di dalam kegiatan
saling memahami perasaan tersebut terdapat kesepahaman saling menghormati.
Betapa indahnya dunia ini, jika setiap orang mampu mengembangkan pikiran,
perkataan, dan perbuatan yang baik.
Sesungguhnya
konsep di atas berimplikasi dalam seluruh sendi kehidupan. Tri Hita Karana sebagai realitanya. Adanya rasa persaudaraan yang
tinggi antara umat manusia (pawongan)
membuat alam (palemahan) semakin
bersahabat. Selanjutnya, Tuhan (parhyangan) akan bahagia menyaksikan keindahan
tersebut.
Ilmu
Fisika mengenal konsep gaya gravitasi (gaya tarik menarik). Konsep ini
menyatakan bahwa “semakin dekat jarak antara suatu benda dengan benda lainnya,
gaya gravitasi yang dihasilkan akan semakin besar”. Dianalogikan keputusasaan
dan kegagalan adalah benda-benda tersebut. Tempatkanlah keputusasaan pada jarak
yang tak berhingga dengan kegagalan sehingga gaya gravitasi yang dihasilkan
sangat kecil (hampir tidak ada).
Kecerdasan
emosi hendaknya dilatih sejak dini. Alam dan keadaan lainnya merupakan media
pembelajaran yang alamiah. Sebagai langkah awal, kita harus berpikir bahwa
kegagalan tidak pernah berujung pada keputusasaan. Kegagalan merupakan ujian ke
arah kesuksesan yang lebih baik. Syaratnya adalah komitmen pada usaha
berkelanjutan.
Tekad
tanpa tindakan akan lumpuh. Tekad dan tindakan tanpa disertai do`a akan buta.
Jadi, suatu tindakan dengan tekad kuat berlandaskan do`a akan menuntun kita
menuju kesuksesan. (^^pg) [April 2012]

great's job brow.....
BalasHapus